Oleh: Achmad Nur Hidayat MPP, CEO Narasi Institute
APAKABARINDONESIA.COM – Konflik Gaza sejak Oktober 2023 kini berkembang menjadi kekacauan di kawasan Timur Tengah.
Tidak hanya Lebanon Selatan dan Yaman yang melakukan aksi pembelaaan terhadap Palestina atas aksi genosida Israel terhadap rakyat Gaza.
Kini Iran melancarkan serangan kepada Israel dengan skala yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
Baca Juga:
KPK Periksa Mantan Menkumham Yasonna Hamonangan Laoly pada Rabu Depan, Terkait Harun Masiku
Serangan Iran terhadap Israel tersebut terjadi pada Minggu pagi 14 April 2024.
Serangan tersebut menandai babak baru pendekatan Teheran terhadap Israel dan menandai perkembangan baru terhadap tatanan perdamaian dunia.
Dahulu, pendekatan Iran terhadap konflik Timur Tengah adalah mengandalkan proksi.
Perang proksi Iran dan Israel terlihat sudah lama sejak konflik Suria-Irak berlangsung sekitar 13 tahun lalu sejak 2011 atau beberapa saat sejak Arab Spring di Suria di mulai.
Baca Juga:
Kejagung Merespons Adanya Pendapat Hakim Agung Soesilo yang Berbeda dengan Hakim Agung Lain
Inilah 5 Cara Hentikan Batuk dengan Cara Sederhana, Termasuk Menambahkan Madu ke dalam Minuman
Namun 14 April 2024 itu Iran tidak lagi malu dan berada didalam bayangan.
Kini Iran tampil memberikan sinyal tegas kepada Israel, Iran siap melakukan perang terbuka dengan Israel.
Iran dengan tegas mengatakan serangan drone dan rudal ke Israel sebagai respons terhadap serangan udara Israel.
Yang menghancurkan kantor konsulat Iran di Suriah dan menewaskan dua jenderal pasukan paramiliter Garda Revolusi awal bulan April ini.
Baca Juga:
2 Orang Pria Ditemukan Tergeletak Tak Bernyawa di Jalur Kereta Api Wilayah Jatinegara, Jakarta Timur
Sebanyak 52 Pejabat Kabinet Merah Putih Disebut Belum Serahkan LHKPN, Begini Penjelasan KPK
Serangan Iran tersebut dikatakan oleh Israel tidak menimbulkan korban berarti selain seorang gadis yang terluka di Israel selatan.
Dan sebuah rudal Iran yang menghantam pangkalan udara Israel, menyebabkan kerusakan ringan.
Israel mengatakan serangan Iran tersebut gagal karena kecanggihan Iron Dome anti rudalnya yang dudukung AS dan Inggris.
Namun Kepada Garda Revolusi Iran menyebut operasi tersebut berhasil.
Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.
Iran sebenarnya mampu melakukan serangan lebih dari itu namun Iran kelihatannya ingin melihat respon dunia dan negara-negara Arab di sekitarnya.
Faktanya, Selain AS dan Inggris yang membantu menghalau Rudal dan Drone Iran, ada Jordania yang membela Israel dengan menembak jatuh rudal Iran dengan serangan Jet Tempurnya.
Secara militer, Iran harus berhadapan tidak hanya dengan Israel, namun juga dengan Jordania dalam waktu dekat.
Konflik Palestina, kini sudah menjadi perang terbuka lintas negara yaitu Kubu Israel dan Kubu Non Israel.
Kubu Israel antara lain Israel, Jordan, AS dan Inggris melalui bantuan dana dan bantuan kapal induk dan peralatan militer lainnya sementara kubu non Israel meliputi Iran, Yaman dan Lebanon Selatan (Hizbullah).
Eskalasi Konflik Dimulai
Semua perhatian kini tertuju pada apakah Israel memilih untuk mengambil tindakan militer lebih lanjut, sementara Washington memilih menyerahkan opsi apapun sesuai pilihan Israel.
Meski AS dalam narasi jubirnya mencari langkah-langkah diplomatik untuk meredakan ketegangan regional.
Iran sendiri tampaknya sudah memprediksi serangan selanjutnya dari Israel namun bagi Iran serangan 14 April 2024 adalah keharusan untuk mencapai keseimbangan.
Antara membalas secara terbuka atas serangan di Damaskus dan menghindari provokasi tindakan militer Israel lebih lanjut.
Iran mengirim sinyal bahwa bila Israel melanggar aturan dan menyerang aset Iran dan membunuh petinggi militer kembali, keterlibatan militer Iran dalam perang terbuka tidak dapat dihindarkan.
Perang terbuka Iran dan Israel ini baru permulaan, diprediksi perang ini akan menjadi perang yang lebih luas daripada sekedar perang dua negara Iran versus Israel.
Masing-masing Iran dan Israel sudah mengklaim kemenangan. Paska serangan Iran, beberapa kelompok garis keras Israel meminta militer IDF melakukan serangan balasan yang keras.
Namun Pemerintah Netahanyu menunggu hasil pertemuan Kabinet Perang Israel terkait bagaimana membalas serangan Iran tersebut.
Kelihatannya Israel tidak ingin buru-buru membalas serangan Iran, Israel memilih saran untuk menahan diri, dan fokus pada penguatan hubungan dengan mitra-mitra Arabnya.
Benny Gantz, anggota Kabinet Perang Israel mengatakan Israel akan membangun koalisi regional dan meminta imbalan dari Iran, dengan cara dan waktu yang sesuai dengan keinginan kami.
Iran sendiri melalui pernyataan Menteri Luar Negeri Hossein Amirabdollahian mengatakan bahwa Iran “tidak berniat melanjutkan operasi militer” pada saat ini.
Kecuali jika diserang dan menekankan bahwa Iran menargetkan fasilitas Israel yang terlibat dalam serangan di Damaskus, bukan warga sipil atau “wilayah ekonomi.”
Meski demikian, serangan Iran dipercaya mampu meredam aggresifitas IDF Israel dalam membunuh warga Gaza yang tidak berdosa.
Kini Israel akan berfikir dua kali bila harus memiliki dua front perang satu di Gaza, Palestina dan satu dengan Iran.
Oleh karena itu Israel untuk sementara waktu akan mengurangi serangannya ke Gaza.
Perang Timur Tengah Di Ujung Tanduk, Bagaimana Berakhirnya
Berawal dari sikap keras Israel yang menggunakan militer untuk memusnakan warga Gaza yang tidak bersalah.
Kemudian pembelaan militer untuk Palestina datang dari Hizbullah Lebanon yang menembakkan roket ke Israel utara dan dari Houthi Yaman.
Yang menyerang kapal-kapal Barat di Laut Merah, kini Iran tampil ke permukaan dalam perang terbuka.
Akankah Iran menjadi penyelamat Gaza? Pernyataan tersebut sulit dijawab, namun serangan Iran atas Israel dipercaya menurukan eskalasi militer di Gaza.
Sebenarnya Washington dan Tel Aviv memiliki peran penting dalam menghindari perang terbuka di Timur Tengah.
Namun kelihatannya Israel ingin menunjukan kelasnya yang berbeda dari negara kecil menjadi negara kuat di kawasan yang harus ditakuti dan diikuti.
Israel tidak banyak diharapkan dapat mengurangi de-eskalasi konflik, kini banyak masyarakat dunia berharap kepada de-eskalasi dari Dewan Keamanan PBB.
Namun melihat berkepanjangannya konflik Ukraina dan Konflik Gaza kelihatannya konflik skala luas di Timur Tengah tidak dapat dihindari.
Bila kekacauan di Timur Tengah tidak dapat diatasi dalam waktu dekat, beberapa negara diprediksi akan turut campur secara militer.
Juga setidaknya NATO dan Rusia akan turut campur dalam konflik tersebut karena destabilisasi dikawasan tersebut akan mengganggu kepentingan bisnis dan nasional dari keduanya.
Bila sudah demikian, apakah perang dunia akan benar-benar terjadi? Semoga saja tidak!.***