Oleh: Edi Winarto, Pemimpin Redaksi Hello.id
GEBRAKAN dan geliat Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia) sudah semakin terasa meski belum genap 7 bulan sejak dilahirkan dan diresmikan Presiden Prabowo Subianto pada Senin 24 Februari 2025.
Perannya semakin besar untuk ikut membangkitkan kembali pertumbuhan ekonomi nasional baik di bidang investasi, sumber daya alam dan manusia hingga mendorong kejayaan industri manufaktur.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Langkah demi langkah strategis dilakukan demi membantu mencapai target pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan.
Mendorong kemajuan pembangunan ekonomi berkelanjutan di segala bidang, terutama bagi pengelolaan sumber daya alam, kemajuan sumber daya manusia dan kemajuan industri dalam rangka hilirisasi.
Dalam mengejar konsep ekonomi berkelanjutan. Indonesia dihadapkan banyak pekerjaan rumah besar.
Diantaranya menumbuhkan dan menguatkan kembali kejayaan industri nasional sebagai tulang punggung membuka lapangan kerja dan menjadikan Indonesia bukan sekedar negara yang menggantungkan hidup dari eksplorasi alam namun juga meningkatkan nilai tambah (value added) dalam produksi dan perdagangan internasional.
Baca Juga:
Ngapain Razman Nasution Hadir di Sidang Nikita Mirzani? Reaksi Nikita Bikin Heboh!
Tarif Trump Bikin RI Tekor, Semua Rayuan Dagang Gagal Total
Dunia Jurnalistik Kehilangan Wina Armada, Tokoh Hukum Pers yang Visioner
Apalagi usai kejayaan dimasa lalu, saat ini Indonesia justru mengalami gejala deindustrialisasi yang ditandai dengan melemahnya sektor industri manufaktur yang semestinya menjadi tulang punggung dalam perekonomian suatu negara.
Pelemahan itu terlihat dari penurunan kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB, penurunan penyerapan tenaga kerja, menurunnya investasi pembangunan sentra-sentra produksi, dan peningkatan ketergantungan pada impor.
Untuk mengatasi hal ini, diperlukan strategi kebijakan industri yang kuat, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan upaya untuk menjadikan Indonesia sebagai basis produksi untuk pasar global.
Investasi yang masuk juga harus didorong untuk membawa alih teknologi, membuka peluang kolaborasi dengan UMKM lokal, dan meningkatkan nilai tambah ekspor nasional.
Baca Juga:
Nikita Diborgol di Sidang, Kasus Rp4 Miliar Meledak di PN Jaksel
Danantara bisa menjadi garda depan dalam penguatan tata kelola, serta strategi industri yang tepat sasaran. Indonesia sedang menapaki jalur menuju panggung utama rantai pasok dunia, bukan sebagai pelengkap, tetapi sebagai pemain utama.
Tapi dengan kekuatan Danantara mengelola aset hingga US$ 900 miliar atau Rp 14,665 triliun atau Rp14.665 triliun (kurs Rp16.300 per dolar AS) langkah tersebut seharusnya bisa dilakukan.
Danantara adalah salah satu kekayaan negara atau Soverign Wealth Fund (SWF) terbesar di dunia berdasarkan aset yang dikelola.
Dengan aset yang dikelola bernilai fantastis, Danantara telah menjadi lokomotif untuk mendrive pembangunan ekonomi baik melalui investasi, kemitraan strategis hingga dukungan akses usaha.
Berawal dari menciptakan nilai lebih (value creation), di saat bersamaan mengoptimalisasi aset-aset yang ada, hingga menjadi lokomotif pendorong roda ekonomi domestik karena struktur pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan sekitar 53 persen berasal dari konsumsi domestik.
Kegiatan investasi memberikan andil kurang lebih 28-29 persen dari investasi disusul belanja pemerintah sebesar 8-9 persen dan 2 persen dari ekspor.
Baca Juga:
Jokowi Tolak Jadi Ketum PSI, Kaesang: Masak Bapak Lawan Anak?
Kasus Kuota Haji Diusut, KPK Singgung Praktik Korupsi Sebelum 2024
Jasa Siaran Pers Persriliscom Melayani Publikasi ke Lebih dari 150 Media Online Berbagai Segmentasi
Hal ini membuktikan bahwa investasi memainkan peran sangat penting dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, berkesinambungan dan juga inklusif.
Penanaman modal oleh pihak pemerintah juga dinilai memberikan keyakinan terhadap investor asing untuk mengalokasikan dananya ke Indonesia.
Sebagai holding, Danantara memiliki mandat utama untuk mengelola dan mengoptimalkan aset negara yang selama ini tersebar di berbagai kementerian, lembaga, dan BUMN.
Meningkatkan nilai investasi dan produktivitas aset melalui pendekatan bisnis yang modern dan berorientasi profit.
Danantara berperan sebagai super holding BUMN dan kendaraan investasi pemerintah. Berbeda dengan Kementerian BUMN yang berfungsi sebagai regulator, Danantara akan bertindak sebagai eksekutor, mengelola dividen BUMN dan mengalokasikannya untuk investasi di luar APBN.
Dengan adanya Danantara, diharapkan pengelolaan keuangan negara dan BUMN menjadi lebih efisien dan terarah.
Kehadiran Danantara juga diharapkan memberikan kenyamanan investasi dan keyakinan kepada para investor luar yang ingin berinvestasi ke Indonesia.
Danantara tak sekedar mendorong mereka investasi ke Indonesia tetapi di saat bersamaan perusahaan kita juga bisa berinvestasi bersama-sama.
Ujung dari investasi di berbagai sektor strategi adalah menciptakan lapangan pekerjaan berkualitas yang jadi tantangan terbesar Indonesia sejak dahulu. Secara otomatis menggerakan roda ekonomi yang berimbas pada industrialisasi.
Danantara akan jadi pusat penggerak, lokomotif raksasa yang memacu aset negara.
Sebagai proyek ambisius yang mengelola dana abadi negara, keberhasilan Danantara sebagaimana makna dari namanya, melambangkan kekuatan ekonomi Indonesia untuk masa depan.
Danantara menjadi semacam cikal bakal bahwa Indonesia akan berdiri sama tegak dengan beberapa sovereign wealth fund beberapa negara yang lain, termasuk Temasek di Singapura dan Khazanah di Malaysia.
Ini memberikan semacam sinyal kepada pasar keuangan dunia bahwa di Indonesia telah ada sebuah lembaga investasi yang ticket size-nya tidak main-main dan tentu mudah-mudahan ini mampu memainkan peran yang betul-betul signifikan sehingga nanti mencapai tujuannya.
Harapannya, Danantara mampu menjadi katalis untuk Indonesia dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi 8%.
Namun ketercapaian target tersebut tidak akan terjadi secara instan, melainkan bertahap.
Harapan ini tak hanya tertuju pada integritas sosok-sosok, tapi menyangkut Danantara dikelola secara profesional dan terbebas dari intervensi politik.
Karena itu, integritas para pengelola Danantara dipertaruhkan. Meritokrasi harus menjadi sistem yang harus mendarah daging dalam pengelolaannya.
Sumber daya manusia di dalamnya dipilih berdasarkan kualifikasi, kompetensi dan prestasi. Danantara diperuntukkan bagi orang-orang yang berdedikasi terhadap negara, bukan untuk orang-orang titipan.
Jika dikelola dengan profesional, berintegritas dan berdasarkan meritokrasi, Danantara akan menjadi harapan bangsa dan menyusul kesuksesan Sovereign Wealth Fund (SWF) di berbagai belahan dunia.
Sebab Danantara didirikan untuk mengoptimalkan pengelolaan aset negara secara profesional dan transparan.
Dengan Danantara ke depan pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak hanya bertumpu pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Danantara dapat menjadi pintu masuk investasi dan objek penting untuk percepatan pertumbuhan ekonomi.
Pendirian Danantara merupakan gerak cepat pemerintah dalam mengkonsolidasikan dan mengelola aset negara secara profesional.
Sehingga pengelolaan aset secara profesional akan berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi dan membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas.
Sudah saatnya Indonesia memiliki korporasi yang memiliki daya saing dengan adanya perusahaan super holding seperti Danantara.
Danantara tak hanya bertugas menghimpun dan mengelola investasi, tapi juga menggerakkan transformasi ekonomi nasional dengan prinsip tata kelola yang baik dan bersih (GCG).
Danantara akan berinvestasi di proyek-proyek berkelanjutan di berbagai sektor, termasuk energi terbarukan, manufaktur, dan produksi pangan.
Keberhasilan Danantara sangat bergantung pada koordinasi yang baik antara Danantara, Kementerian BUMN, dan kementerian terkait lainnya.
Danantara hadir bukan hanya sebagai investor strategis, tetapi juga sebagai simbol bahwa keseriusan memperbaiki iklim investasi itu sangat penting.
Karena jika ingin investor percaya, maka reformasi tatakelola harus mulai dari dalam negeri. Danantara harus menjadikan investasi negara lebih efisien, terukur, dan berbasis risiko. ***